Sang Pemimpi
Kelanjutan cerita dari buku sebelumnya "Laskar Pelangi" yang ditulis oleh Andrea Hirata. Kalau pada Laskar Pelangi mengisahkan kehidupan keseharian ikal bersama kesepuluh teman "Laskar Pelangi"nya semasa masih SD-SMP, maka kisah Sang Pemimpi ini adalah masih kisah tentang memor Ikal ketika sekolah SLTA bersama dua orang temannya (Arai dan Jimbron) dalam menggapai mimpi dan cita-citanya.
Jauh disana, pulau Belitong, tiga orang anak di kampung Melayu bermimpi untuk melanjutkan sekolah mereka hingga ke Perancis. Ikal, Arai, dan Jimbron, merekalah si pemimpi itu, ibaratnya si cebol nggayuk lintang, bertiga tak peduli, mereka memiliki kemauan yang keras untuk mewujudkan mimpi mereka, hidup di daerah terpencil, kepahitan hidup, kemiskinan (diantara gemerlap PN Timah), bukanlah pantangan bagi mereka untuk bermimpi. Mereka tak menyerah pada nasib dan keadaan mereka, bagi mereka mimpi adalah energi bagi kehidupan mereka masa kini untuk melangkah menuju masa depan yang mereka cita-citakan.
Sampai pada saatnya mimpi itu terwujud menjadi kenyataan, walaupun perjalanan meraih itu penuh dengan liku dan berbagai kebetulan. Mulai dari kebencian pada profesi tukang pos, hingga menjalani menjadi tukang pos itu sendiri. Serta secara kebetulan ada peluang beasiswa dan lolos untuk menjalani pendidikan di Prancis.
Kisah yang sangat mengharu birukan (hiks... meleleh juga air mata ini), sayang banget kalo kehilangan satu kata pun dari cerita ini.
Jauh disana, pulau Belitong, tiga orang anak di kampung Melayu bermimpi untuk melanjutkan sekolah mereka hingga ke Perancis. Ikal, Arai, dan Jimbron, merekalah si pemimpi itu, ibaratnya si cebol nggayuk lintang, bertiga tak peduli, mereka memiliki kemauan yang keras untuk mewujudkan mimpi mereka, hidup di daerah terpencil, kepahitan hidup, kemiskinan (diantara gemerlap PN Timah), bukanlah pantangan bagi mereka untuk bermimpi. Mereka tak menyerah pada nasib dan keadaan mereka, bagi mereka mimpi adalah energi bagi kehidupan mereka masa kini untuk melangkah menuju masa depan yang mereka cita-citakan.
Sampai pada saatnya mimpi itu terwujud menjadi kenyataan, walaupun perjalanan meraih itu penuh dengan liku dan berbagai kebetulan. Mulai dari kebencian pada profesi tukang pos, hingga menjalani menjadi tukang pos itu sendiri. Serta secara kebetulan ada peluang beasiswa dan lolos untuk menjalani pendidikan di Prancis.
Kisah yang sangat mengharu birukan (hiks... meleleh juga air mata ini), sayang banget kalo kehilangan satu kata pun dari cerita ini.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home