Gadis Pantai
Gadis Pantai, Novel karya Pramoedya A. Toer ini menceritakan pola kehidupan bangsa ini dengan seeting budaya feodalisme Jawa pada jaman kolonialisasi Belanda. Dimana perbedaan "Trah" atau tingkatan kasta pada kalangan masyarakat priyayi (darah biru atau keturunan Kraton) Jawa dan masyarakat biasa.
Gadis Pantai, seorang gadis cantik anak nelayan yang hidup serba kekurangan di daerah pesisir. Gadis Pantai belia dipaksa menuruti permintaan priyayi dari kota yang terpikat akan kecantikannya untuk menikah dengan sang priyayi. Ketidakmampuan Gadis Pantai untuk menolak serta orang tua Gadis Pantai yang merasa menjadi sebuah kehormatan apabila bisa menikahkan putrinya dengan seorang keturunan bangsawan.
Kebebasan hidup yang dimiliki Gadis Pantai hilang ketika harus menjalani hidup bersama sang suami yang merupakan Priyayi Agung. Tutur kata, tingkah laku dan perbuatan yang biasa dilakukan sehari-hari harus berubah total. Semua serba teratur.
Gadis Pantai yang hanya keturunan nelayan miskin, tentunya sangat jauh berbeda derajadnya dengan seorang priyayi pembesar negara. Gadis Pantai harus belajar menjadi kaum ningrat, menjadi seorang istri yang tidak boleh bertanya atau mempertanyakan sesuatu kepada suami. Meski batinnya seringkali berontak, namun Gadis Pantai harus belajar narimo dan mengabdi, sebuah keharusan bagi wanita Jawa. Ketika rindu sangat menggejolak, Gadis Pantai tidak boleh untuk mengungkapkannya. Mengabdi dan mengabdi, itu lah yang harus dilakukan. Pengabdian pun harus berujung pada perpisahan Gadis Pantai dan anak kandungnya. Setelah melahirkan anaknya, Gadis Pantai diusir dari rumah pembesar namun tidak diperbolehkan membawa anak kandungnya. Sehingga Gadis Pantai tidak lebih hanyalah seorang gundik yang melayani nafsu seks dari seorang priyayi. Dan si Priyayi pun menikah lagi dengan perawan yang dirasa lebih pantas. Perawan keturunan bangsawan, yang sederajad.
Novel Gadis Pantai, sebuah cerita yang membawa kita kehidupan sejarah jaman dulu. Dimana keberadaan perempuan masih penuh keterbatasan. Sayang, novel ini terputus ceritanya, terputus karena dokumen yang musnah ketika orde baru memerintah negeri ini. Misalnya : Ketidakjelasan dari keberadaan Gadis pantai setelah terpisah dengan anaknya dan terusir dari kehidupan gedong sang Priyayi.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home